Minggu, 01 Juni 2014

Menanti pelangi disenja hari

Diposting oleh Segores kehidupan di 22.50.00 0 komentar


Menanti pelangi di senja hari, ku termenung sendiri tanpa ada yang menemani. Ku mengingatmu menanyakan apa kabarmu pada sang senja yang tak kunjung melihatkan sang pelangi. Aku duduk terdiam di suatu tempat yang sepi tapi banyak penghuni. disini ku hanya bisa memeluk bayangmu dari kejauhan yang tak tau kapan akan berhenti, mencinta mu sakit tapi tak bisa dipungkiri aku tetap memilihmu. Kapan kau akan menyadari aku disini mengharapmu bukan dia ataupun mereka. Meski ku tau kau hanya menginginkan dia yang menemanimu hingga waktu berhenti, kau hanya mencinta dia  hingga langit tak lagi berganti siang dan malam. Tapi ntah ada apa ntah karna apa aku tetap memilih dan bersabar untuk mengharapmu. Aku tau aku baru mengenalmu,aku tak tau bagaimana perasaanmu tapi pernah kah kau berpikir bila cinta bisa datang secara seketika bisa membuat kita lupa.
 Aku mencintamu meski aku tau kau mencinta dia bahkan hidupmu pun untuk dia tapi hati ini masih saja tetap mencintamu. Kata orang otak itu di pegang alih oleh hati bila hatinya bahagia maka pemikiran pun akan baik,lalu bagaimana nasib hati yang seperti ini? Mencintai tanpa dicintai, dilukai tanpa melukai,merindukan tanpa dirindukan, mengharapkan tanpa diharapkan. Apa mungkin hati yang luka ini bisa berpikir baik? Lalu bagaimana nasib raga ini selanjutnya bila otak dipegang alih oleh hati, apa mungkin hidup ini akan berjalan dengan baik apa mungkin hidup ini akan menjadi lebih baik. Pernah kah sedetik saja kau berpikir tentang hidupku nasibku dan perasaanku? Aku tau cinta yang aku punya adalah cinta yang salah,aku memilih mencinta mu yang sejak awal aku tau kau mencinta dia bahkan sangat mencinta dia. Coba mengerti dan pahami rasa ku ini walau hanya seakan hembusan angin yang berlalu,coba rasakan rasa ku ini walau hanya sedetik. Kau akan mengerti bila kau bisa merasakan dan memahami rasa ku ini.
Berada diantara orang yang mencintai itu sakit, tapi mengapa sudah tau sakit aku masih tetap berada diantara mereka? Bodoh? Ya mungkin saja, tapi tak ada yang ingin berada diantara seperti ini bila bukan karna cinta, hanya hati yang bisa memilih melanjutkan tetap berada diantara ataukah mencoba melupa meski sakit.  Tapi apa mungkin hati yang sakit bisa berpikir yang baik? Ntahlah aku tak mengerti,biar waktu yang akan menjawab semuanya,yang harus dijalani ya jalani 


Maafkan aku yang berada diantara kalian,
maafkan aku yang telah mencintai,
maafkan aku yang masih mengharapkan
sungguh aku tak ingin berada seperti sekarang ini
tapi mengerti lah rasa yang aku punya ini.
Bukan aku tak punya hati
tapi karna hati lah yang telah membuat aku begini
                                                     Anisyah Pratiwi

Cerpen

Diposting oleh Segores kehidupan di 22.30.00 0 komentar


“Ayah Terbaik”

Terkadang kenyataan tidaklah sama dengan apa yang kita impikan. Tapi segala yang di impikan dapat menjadi kenyataan bila kita berusaha untuk mewujudkan. Hidup tak selamanya indah seperti semua orang harapkan tapi segalanya akan indah bila hati tidak ternodai dengan kebencian. Mungkin kata-kata inilah yang mewakili sebagian hidup yang telah aku lalui. Namaku jovan immanuel, usiaku hampir beranjak 12 tahun. Saat ini aku duduk di kelas 2 SMP . Aku anak satu-satunya dari keluarga sederhana. Ayahku seorang wiraswasta dan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga. Kami memiliki usaha keluarga yaitu toko roti yang cukup besar. Kami lalui hari-hari dengan suka cita, meski keluargaku bukan keluarga kaya tapi hidupku berasa sempurna. Ayah yang selalu ada dan melindungi kami. Ibu yang selalu setia merawat kami. Ntah , apalagi kurangnya hidup di dunia ini, aku rasa semua sempurna. Tapi aku sadar, ternyata manusia tidaklah ada yang sempurna. Sempurna hanya milik tuhan semata. Segala yang ada di dunia hanyalah titipan sang pencipta.

06.15 WIB

Jo ... joo bangun sayang nanti kamu telat sekolahnya. “dengan lembut suara ibu membangun tidurku.

Jo masih ngantuk bu. “ jawabku sambil menarik selimutku dan melanjutkan kembali tidurku.

Lalu, ayahku pun ikut membangun kan ku, ya seperti itulah setiap paginya aku susah bangun dan malas sekolah. Tapi dengan sabar ayahku tetap membangunkan ku.

“Kok anak ayah belum bangun ini udah siang loh. Ntar telat sekolahnya, bangun ya sayang. “ rayu ayahku kepada ku agar aku mau bangun .

Ayah gendong jo yaa. “ pintaku dengan manja kepada ayah.

Setiap hari suasana dirumah ramai dengan tingkah ku dan ayahku, tapi ibuku tak pernah marah , ia tetap tersenyum dengan tingkah kami. Ayah yang hebat ibu yang baik semua hidupku terasa lengkap meski aku tak punya saudara. Setiap pagi ayahku mengantar aku kesekolah dengan mengendarai sepeda ontel kesayangannya.Tapi saat cobaan datang menghadapi keluarga kami, semua berubah tak ada tawa dan canda yang biasa kami lakukan setiap hari yang ada tinggallah benci. Kebencian yang menyelimuti hati. Saat usiaku 9 tahun, dan aku masih duduk dikelas 3 SD. Waktu itu, aku diantar ayahku seperti biasa dengan sepeda kesayangannya. Saat aku mau menyebrang memasuki gerbang sekolah, tiba-tiba ada motor yang melaju dengan cepat ke arah ku, ntah bagaimana keadaan saat itu yang pasti saat aku terbangun aku sudah berada dirumah sakit. Ibuku menangis, lalu ayah ayah kemana kenapa ia tidak ada disamping ku, kenapa ayah tidak menemani ibu menjagaku. Saat itu aku bertanya kepada ibuku kemana ayah, tapi ibu hanya diam. Aku khawatir dimana ayah, dan kenapa aku berada disini.

Bu, kok jo disini .ayah mana? .” tanyaku kepada ibu

Tadi sewaktu jo mau nyebrang , jo hampir mau tertabrak motor tapi ayah mendorong mu hingga jo pingsan dan ayah......  .” ibu tak melanjutkan pembicaraannya.

Ayah kenapa bu? “tanyaku dengan nada cemas.

Ayahmu, yang tertabrak saat menolongmu nak. Ayah lagi ditangani oleh dokter, keadaan ayah kritis. Tapi kamu gak usah khawatir ayah pasti baik-baik saja. “kata ibu

Aku ingin lihat ayah bu. “ pintaku kepada ibu.

Setelah beberapa jam , aku dan ibu menunggu penjelasan dokter bagaimana keadaan ayah. Seorang perawat pun menghampiri ibu dan menyuruh ibu segera menemui dokter diruangannya. Ibu tak mengijinkan aku menemaninya saat ingin menemui dokter, ibu menyuruhku menjaga ayah. aku melihat ayah yang terbaring tak berdaya dengan banyak perban dikepalanya. Ayah masih belum sadar tapi tak lama kemudian ibu datang, aku bertanya kepada ibu bagaimana kondisi ayah. tapi jawab ibu ayah tak kenapa-kenapa. Hampir 1 bulan ayah dirawat dirumah sakit, ayah sudah sadar tapi ada yang berbeda dari ayah. ayah gak bisa ngomong dengan jelas, ia juga gak bisa jalan seperti biasanya.

Bu, kok ayah ngomongnya gagu? Kenapa ayah jalannya pincang bu? Tanyaku kepada ibu.

Ayahmu gak kenapa-kenapa sayang, hanya saja kakinya patah saat mengalami kecelakaan waktu itu  makanya ayah jalannya gitu. Hari ini ayah boleh pulang kata dokter ayah sudah sembuh hanya saja butuh waktu agar bisa kembali seperti semula. “jawab ibuku.

Aku senang ayahku sudah sembuh, setiap hari aku menemani ayah bermain sama ayah walau sudah tak seperti dulu. Semua masih terasa indah ya walaupun sekarang ibu yang harus banting tulang untuk mengurus toko roti kami. 2 tahun setelah kejadian itu ayahku menjemputku sekolah tapi tidak dengan sepeda kesayangannya melainkan dengan berjalan kaki. Di depan gerbang sekolah ayah telah menunggu ku ketika aku ingin menghampiri ayah, teman sekolahku mengejekku.

Hahaha, ayah jovan pincang. Ayah jovan cacat . “ujar teman-temanku.

Aku hanya diam, lalu ayahku bicara “ja...ng..an ga...ggu . pe...er..gi “

Teman-temanku semakin mengejekku. Mereka semakin menertawakanku. Aku malu sungguh malu saat itu.

Ayah jovan sudah pincang, gagu lagi. HAHAHA ayah jovan cacat . “ujar salah satu temanku.

Sungguh ntah apa yang aku pikirkan saat itu, aku pergi meninggalkan ayahku. Ayahku dengan susah mengejarku karna ia tak bisa berlari seperti ku kakiknya pincang. Aku sungguh malu sangat malu, aku benci ayah, karna ayah aku dihina oleh teman-temanku.

Ibu, aku gak mau punya ayah seperti dia. Sudah pincang gagu aku malu sama teman sekolah ku. Aku gak mau punya ayah aku benci ayah. “ujarku kepada ibu dengan rasa kecewa dan marah

Saat mendengar itu ibuku marah dengan ku hingga tangannya hampir mendarat di pipiku, tapi ayah menahannya. “ja...ng...an” . aku berlari kekamar , ntah apa yang aku pikirkan saat  itu aku tak peduli apakah ayahku sakit hati dengan kata-kataku. Sejak saat itu rumahku penuh dengan kebencianku terhadap ayah, aku tak mau lagi bicara sama ayah, tapi ayah tetap sabar meski aku telah memaki dirinya bahkan tak sering ibu memarahiku tapi ayah tetap membelaku. Ayah tak ingin ibu memarahiku tapi semakin ayah membelaku semakin aku benci dengan ayahku, kini suasana rumah nan bahagia tak pernah ada lagi, tak pernah lagi aku temui, rumah ini seperti neraka dihidupku, aku benci ayahku . sekarang usiaku beranjak 12 tahun, hari-hari aku lalui dengan penuh kebencian kepada ayahku. Saat itu, aku mnginginkan sepeda baru, tapi ibuku tak mau membelikanku jika aku tak mau meminta maaf kepada ayahku dan bersikap baik kepada ayah. dengan sangat terpaksa aku menemui ayah di depan rumah yang sedang duduk termenung di teras. Sebenarnya aku malas bicara kepada ayah, aku sudah terlanjur sangat benci pada ayah padahal aku juga gak tau salah ayah apa kepadaku hingga aku benci kepadanya.

Ayah .”panggilku

Iy..aaa siii...ni duk..duk naa...k “ jawab ayah terbata-bata.

Aku minta maaf, maafin aku .” kataku dengan terpaksa.

Hari itu aku mau bicara kepadanya itu semata hanya agar ibu mau membelikan sepeda baru untukku. Terlihat wajah bahagia di wajah ayah, tapi ntah mungkin aku tak punya hati atau bagaimana aku tetap benci ayah, sungguh malasnya aku melihat wajahnya itu, kasih sayang yang dulu pernah ada untuknya kini hilang terganti dengan kebencian.

Senin , 27 oktober 2013

Aku pergi dengan terburu-buru , ayah melihat tugasku ada dimeja makan. Dengan susah ayah mengejarku, ayah mengantarkan tugasku ke sekolahku karna ia pikir aku akan kena hukum bila tidak mengerjakan tugas. Ayah tak ingin aku dimarahi guru untuk itu ia berjalan dengan kakinya yang pincang ke sekolahku yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Setiba disekolah ayahku memanggilku dengan bicaranya yang gagu, semua teman sekolahku menertawakanku, lagi lagi seperti kejadian 2 tahun yang lalu. Aku sangat malu, aku berlari meninggalkan sekolah ayah mengerjarku , aku berlari tanpa melihat kanan-kiri , dan ada mobil dari arah kiri melaju dengan kencang ke arahku. Ntah , apa yang terjadi saat itu aku tak tau, yang aku tau saat aku terbangun aku sudah berada di rumah sakit, dan kata ibuku aku tak sadarkan diri selama 1 minggu. Tapi sejak itu aku tak lagi melihat ayah, ayah dimana. Ntah apa, tiba-tiba aku ingat ayahku. Aku bertanya pada ibu kemana ayah kenapa dia tidak disini. Ibu hanya diam, aku terus bertanya tapi ibu tak juga menjawab. Setelah 2 hari aku sadar, akupun diijinkan pulang oleh dokter tapi ayahku tak juga ada. Di perjalanan menuju rumah aku kembali bertanya pada ibu dimana ayah, ibu malah mengajakku kesuatu tempat yang dimana aku tak pernah kesini. Aku bingung kenapa ibuku mengajakku ketempat ini, ketika tiba ditempat ibu mengajakku, aku bingung , aku melihat di batu nisan bertuliskan nama ayahku. Seketika aku menangis, dan saat ibu bilang “ini makam ayahmu nak, 1 minggu yang lalu kamu hampir tertabrak mobil tapi ayahmu mendorongmu hingga kamu terjatuh dan ayahmu yang tertabrak. Ayahmu tak bisa diselamatkan”. Aku menangis di depan makam ayahku, aku ingat dulu saat aku berusia 9 tahun ayah jugalah yang menyelamatkanku. Tapi balasku? Aku malah malu dengan keadaan ayahku, padahal penyebab ayahku cacat adalah aku, kini tak ada lagi ayah . ayah yang selalu menjaga ku ayah yang tak pernah marah walau aku sering memakinya. Hanya penyesalan yang aku temui, ntah durhaka kah aku, aku tak bisa berhenti menangis mengenang ayah. ibu bilang “ dulu waktu kecelakaan 6 tahun yang lalu, ayahmu mengalami kerusakan syaraf otak makanya ia seperti itu dan kaki ya patah. Ibu tak memberitahumu karna dulu usiamu terlalu masih kecil, ini surat dari ayahmu dan kado ulang tahun yang telah ia persiapkan untukmu. Hari ini kamu tepat 12 tahun, selamat ulang tahun nak, jadilah anak kebanggaan kami “ ujar ibuku sambil menangis dan memberikan surat ayahku kepadaku.

“Jo, selamat ulang tahun. Ayah sayang sama jo. Maafkan ayah jika selama ini ayah tak bisa jadi ayah yang jo harapkan. Ayah sungguh sayang sama jo, maafkan ayah yang selalu membuat jo malu. Tapi terima kado dari ayah yah. Ayah sayang jo “.

Sungguh aku menyesal, aku telah jahat kepada ayahku padahal ia telah rela mengorbankan segalanya untukku bahkan nyawa nya pun ia korbankan demi aku. Tuhan , aku sayang ayah jaga ia disana. Ayah maafkan aku ,ayah adalah ayah terbaik terhebat yang ada di dunia. Ayah adalah malaikat utusan tuhan. Ayah aku menyanyangimu maafkan sikapku selama ini. maafkan aku ayah. ayahku terbaik .


 

Segores Kehidupan Template by sukasukaanis Blogger Template | coretan anis