“Ayah
Terbaik”
Terkadang
kenyataan tidaklah sama dengan apa yang kita impikan. Tapi segala yang di
impikan dapat menjadi kenyataan bila kita berusaha untuk mewujudkan. Hidup tak
selamanya indah seperti semua orang harapkan tapi segalanya akan indah bila
hati tidak ternodai dengan kebencian. Mungkin kata-kata inilah yang mewakili
sebagian hidup yang telah aku lalui. Namaku jovan immanuel, usiaku hampir
beranjak 12 tahun. Saat ini aku duduk di kelas 2 SMP . Aku anak satu-satunya
dari keluarga sederhana. Ayahku seorang wiraswasta dan ibuku hanya sebagai ibu
rumah tangga. Kami memiliki usaha keluarga yaitu toko roti yang cukup besar. Kami
lalui hari-hari dengan suka cita, meski keluargaku bukan keluarga kaya tapi
hidupku berasa sempurna. Ayah yang selalu ada dan melindungi kami. Ibu yang
selalu setia merawat kami. Ntah , apalagi kurangnya hidup di dunia ini, aku
rasa semua sempurna. Tapi aku sadar, ternyata manusia tidaklah ada yang
sempurna. Sempurna hanya milik tuhan semata. Segala yang ada di dunia hanyalah
titipan sang pencipta.
06.15 WIB
Jo ... joo bangun sayang nanti
kamu telat sekolahnya. “dengan lembut suara ibu membangun tidurku.
Jo masih ngantuk bu. “ jawabku
sambil menarik selimutku dan melanjutkan kembali tidurku.
Lalu, ayahku pun ikut membangun
kan ku, ya seperti itulah setiap paginya aku susah bangun dan malas sekolah.
Tapi dengan sabar ayahku tetap membangunkan ku.
“Kok anak ayah belum bangun ini
udah siang loh. Ntar telat sekolahnya, bangun ya sayang. “ rayu ayahku kepada
ku agar aku mau bangun .
Ayah gendong jo yaa. “ pintaku
dengan manja kepada ayah.
Setiap hari
suasana dirumah ramai dengan tingkah ku dan ayahku, tapi ibuku tak pernah marah
, ia tetap tersenyum dengan tingkah kami. Ayah yang hebat ibu yang baik semua
hidupku terasa lengkap meski aku tak punya saudara. Setiap pagi ayahku
mengantar aku kesekolah dengan mengendarai sepeda ontel kesayangannya.Tapi saat
cobaan datang menghadapi keluarga kami, semua berubah tak ada tawa dan canda
yang biasa kami lakukan setiap hari yang ada tinggallah benci. Kebencian yang
menyelimuti hati. Saat usiaku 9 tahun, dan aku masih duduk dikelas 3 SD. Waktu
itu, aku diantar ayahku seperti biasa dengan sepeda kesayangannya. Saat aku mau
menyebrang memasuki gerbang sekolah, tiba-tiba ada motor yang melaju dengan
cepat ke arah ku, ntah bagaimana keadaan saat itu yang pasti saat aku terbangun
aku sudah berada dirumah sakit. Ibuku menangis, lalu ayah ayah kemana kenapa ia
tidak ada disamping ku, kenapa ayah tidak menemani ibu menjagaku. Saat itu aku
bertanya kepada ibuku kemana ayah, tapi ibu hanya diam. Aku khawatir dimana
ayah, dan kenapa aku berada disini.
Bu, kok jo disini .ayah mana? .”
tanyaku kepada ibu
Tadi sewaktu jo mau nyebrang , jo
hampir mau tertabrak motor tapi ayah mendorong mu hingga jo pingsan dan
ayah...... .” ibu tak melanjutkan
pembicaraannya.
Ayah kenapa bu? “tanyaku dengan
nada cemas.
Ayahmu, yang tertabrak saat
menolongmu nak. Ayah lagi ditangani oleh dokter, keadaan ayah kritis. Tapi kamu
gak usah khawatir ayah pasti baik-baik saja. “kata ibu
Aku ingin lihat ayah bu. “
pintaku kepada ibu.
Setelah
beberapa jam , aku dan ibu menunggu penjelasan dokter bagaimana keadaan ayah.
Seorang perawat pun menghampiri ibu dan menyuruh ibu segera menemui dokter
diruangannya. Ibu tak mengijinkan aku menemaninya saat ingin menemui dokter,
ibu menyuruhku menjaga ayah. aku melihat ayah yang terbaring tak berdaya dengan
banyak perban dikepalanya. Ayah masih belum sadar tapi tak lama kemudian ibu
datang, aku bertanya kepada ibu bagaimana kondisi ayah. tapi jawab ibu ayah tak
kenapa-kenapa. Hampir 1 bulan ayah dirawat dirumah sakit, ayah sudah sadar tapi
ada yang berbeda dari ayah. ayah gak bisa ngomong dengan jelas, ia juga gak
bisa jalan seperti biasanya.
Bu, kok ayah ngomongnya gagu?
Kenapa ayah jalannya pincang bu? Tanyaku kepada ibu.
Ayahmu gak kenapa-kenapa sayang,
hanya saja kakinya patah saat mengalami kecelakaan waktu itu makanya ayah jalannya gitu. Hari ini ayah
boleh pulang kata dokter ayah sudah sembuh hanya saja butuh waktu agar bisa kembali
seperti semula. “jawab ibuku.
Aku senang
ayahku sudah sembuh, setiap hari aku menemani ayah bermain sama ayah walau
sudah tak seperti dulu. Semua masih terasa indah ya walaupun sekarang ibu yang
harus banting tulang untuk mengurus toko roti kami. 2 tahun setelah kejadian
itu ayahku menjemputku sekolah tapi tidak dengan sepeda kesayangannya melainkan
dengan berjalan kaki. Di depan gerbang sekolah ayah telah menunggu ku ketika
aku ingin menghampiri ayah, teman sekolahku mengejekku.
Hahaha, ayah jovan pincang. Ayah
jovan cacat . “ujar teman-temanku.
Aku hanya diam, lalu ayahku
bicara “ja...ng..an ga...ggu . pe...er..gi “
Teman-temanku semakin mengejekku.
Mereka semakin menertawakanku. Aku malu sungguh malu saat itu.
Ayah jovan sudah pincang, gagu
lagi. HAHAHA ayah jovan cacat . “ujar salah satu temanku.
Sungguh ntah
apa yang aku pikirkan saat itu, aku pergi meninggalkan ayahku. Ayahku dengan
susah mengejarku karna ia tak bisa berlari seperti ku kakiknya pincang. Aku
sungguh malu sangat malu, aku benci ayah, karna ayah aku dihina oleh teman-temanku.
Ibu, aku gak mau punya ayah
seperti dia. Sudah pincang gagu aku malu sama teman sekolah ku. Aku gak mau
punya ayah aku benci ayah. “ujarku kepada ibu dengan rasa kecewa dan marah
Saat mendengar
itu ibuku marah dengan ku hingga tangannya hampir mendarat di pipiku, tapi ayah
menahannya. “ja...ng...an” . aku berlari kekamar , ntah apa yang aku pikirkan
saat itu aku tak peduli apakah ayahku
sakit hati dengan kata-kataku. Sejak saat itu rumahku penuh dengan kebencianku
terhadap ayah, aku tak mau lagi bicara sama ayah, tapi ayah tetap sabar meski
aku telah memaki dirinya bahkan tak sering ibu memarahiku tapi ayah tetap
membelaku. Ayah tak ingin ibu memarahiku tapi semakin ayah membelaku semakin
aku benci dengan ayahku, kini suasana rumah nan bahagia tak pernah ada lagi,
tak pernah lagi aku temui, rumah ini seperti neraka dihidupku, aku benci ayahku
. sekarang usiaku beranjak 12 tahun, hari-hari aku lalui dengan penuh kebencian
kepada ayahku. Saat itu, aku mnginginkan sepeda baru, tapi ibuku tak mau membelikanku
jika aku tak mau meminta maaf kepada ayahku dan bersikap baik kepada ayah.
dengan sangat terpaksa aku menemui ayah di depan rumah yang sedang duduk
termenung di teras. Sebenarnya aku malas bicara kepada ayah, aku sudah
terlanjur sangat benci pada ayah padahal aku juga gak tau salah ayah apa
kepadaku hingga aku benci kepadanya.
Ayah .”panggilku
Iy..aaa siii...ni duk..duk
naa...k “ jawab ayah terbata-bata.
Aku minta maaf, maafin aku .”
kataku dengan terpaksa.
Hari itu aku
mau bicara kepadanya itu semata hanya agar ibu mau membelikan sepeda baru
untukku. Terlihat wajah bahagia di wajah ayah, tapi ntah mungkin aku tak punya
hati atau bagaimana aku tetap benci ayah, sungguh malasnya aku melihat wajahnya
itu, kasih sayang yang dulu pernah ada untuknya kini hilang terganti dengan
kebencian.
Senin , 27 oktober 2013
Aku pergi
dengan terburu-buru , ayah melihat tugasku ada dimeja makan. Dengan susah ayah
mengejarku, ayah mengantarkan tugasku ke sekolahku karna ia pikir aku akan kena
hukum bila tidak mengerjakan tugas. Ayah tak ingin aku dimarahi guru untuk itu
ia berjalan dengan kakinya yang pincang ke sekolahku yang jaraknya lumayan jauh
dari rumah. Setiba disekolah ayahku memanggilku dengan bicaranya yang gagu,
semua teman sekolahku menertawakanku, lagi lagi seperti kejadian 2 tahun yang
lalu. Aku sangat malu, aku berlari meninggalkan sekolah ayah mengerjarku , aku
berlari tanpa melihat kanan-kiri , dan ada mobil dari arah kiri melaju dengan
kencang ke arahku. Ntah , apa yang terjadi saat itu aku tak tau, yang aku tau
saat aku terbangun aku sudah berada di rumah sakit, dan kata ibuku aku tak
sadarkan diri selama 1 minggu. Tapi sejak itu aku tak lagi melihat ayah, ayah
dimana. Ntah apa, tiba-tiba aku ingat ayahku. Aku bertanya pada ibu kemana ayah
kenapa dia tidak disini. Ibu hanya diam, aku terus bertanya tapi ibu tak juga
menjawab. Setelah 2 hari aku sadar, akupun diijinkan pulang oleh dokter tapi
ayahku tak juga ada. Di perjalanan menuju rumah aku kembali bertanya pada ibu
dimana ayah, ibu malah mengajakku kesuatu tempat yang dimana aku tak pernah
kesini. Aku bingung kenapa ibuku mengajakku ketempat ini, ketika tiba ditempat
ibu mengajakku, aku bingung , aku melihat di batu nisan bertuliskan nama
ayahku. Seketika aku menangis, dan saat ibu bilang “ini makam ayahmu nak, 1
minggu yang lalu kamu hampir tertabrak mobil tapi ayahmu mendorongmu hingga
kamu terjatuh dan ayahmu yang tertabrak. Ayahmu tak bisa diselamatkan”. Aku
menangis di depan makam ayahku, aku ingat dulu saat aku berusia 9 tahun ayah
jugalah yang menyelamatkanku. Tapi balasku? Aku malah malu dengan keadaan
ayahku, padahal penyebab ayahku cacat adalah aku, kini tak ada lagi ayah . ayah
yang selalu menjaga ku ayah yang tak pernah marah walau aku sering memakinya.
Hanya penyesalan yang aku temui, ntah durhaka kah aku, aku tak bisa berhenti
menangis mengenang ayah. ibu bilang “ dulu waktu kecelakaan 6 tahun yang lalu,
ayahmu mengalami kerusakan syaraf otak makanya ia seperti itu dan kaki ya
patah. Ibu tak memberitahumu karna dulu usiamu terlalu masih kecil, ini surat
dari ayahmu dan kado ulang tahun yang telah ia persiapkan untukmu. Hari ini
kamu tepat 12 tahun, selamat ulang tahun nak, jadilah anak kebanggaan kami “
ujar ibuku sambil menangis dan memberikan surat ayahku kepadaku.
“Jo,
selamat ulang tahun. Ayah sayang sama jo. Maafkan ayah jika selama ini ayah tak
bisa jadi ayah yang jo harapkan. Ayah sungguh sayang sama jo, maafkan ayah yang
selalu membuat jo malu. Tapi terima kado dari ayah yah. Ayah sayang jo “.
Sungguh aku
menyesal, aku telah jahat kepada ayahku padahal ia telah rela mengorbankan
segalanya untukku bahkan nyawa nya pun ia korbankan demi aku. Tuhan , aku
sayang ayah jaga ia disana. Ayah maafkan aku ,ayah adalah ayah terbaik terhebat
yang ada di dunia. Ayah adalah malaikat utusan tuhan. Ayah aku menyanyangimu
maafkan sikapku selama ini. maafkan aku ayah. ayahku terbaik .